Kamis, 30 Agustus 2012

POSMODERNISME

POSMODERNISME; 
 Antara Lanjutan Dan Hasil Pendewasaan Atau Reaksi Terhadap Modernisme 

         Berdasarkan asal-usul kata, Post-modern-isme, berasal dari bahasa Inggris yang artinya faham (isme), yang berkembang setelah (post) modern. Jadi secara harfiah, postmodernisme diartikan sebagai suatu faham setelah era modern atau mengingkari modernisme. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada bidang seni oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari moderninsme. Kemudian pada bidang Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of History pada tahun 1947. Setelah itu berkembang dalam bidang-bidang lain dan mengusung kritik atas modernisme pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri. Pada akhirnya Posmodernisme menjadi faham yang banyak diperdebatkan pada akhir-akhir abad ini. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa posmodernisme masih mengalami kontradiksi baik dari pemaknaannya maupun arah kemajuan yang diajukannya tentang kehidupan manusia. Beberapa pendapat mengatakan bahwa posmodernisme merupakan hasil lanjutan dari modernisme. Pendapat lain menyatakan bahwa posmodernisme adalah reaksi dari posmodernisme dan ada juga mensinyalir bahwa posmodernisme merupakan hasil dari modernisme yang sudah dewasa. Berikut ini beberapa pengertian posmodernisme sebagai berikut: 
  1. Posmodernisme Merupakan Lanjutan Dan Hasil Pendewasaan Dari Modernisme -> Melalui modernisme lahir suatu faham baru yang sering disebut sebagai lanjutan dari modernism yakni posmodernisme. Faham ini lebih menekankan pada faham yang menyatakan bahwa posmodernisme adalah faham lanjutan atau memperbahui segala hal-hal dari tujuan modernisme itu sendiri. Dalam hal lain, posmodernisme adalah koreksi terhadap modernisme yang mengambil ide modernisme tersebut demi melanjutkan tujuannya. Hal demikian dapat dipertegas oleh Eagleton yang menyatakan bahwa postmodernisme adalah faham yang mengambil ide dari modernisme dan avant-garde, dan selanjutnya diramu yang lebih matang dengan disiplin lain. Dari modernisme, postmodernisme mencoba mewarisi tentang kritik yang mengambil jarak, sedangkan dari avant-garde, postmodernisme ingin mencoba memecahkan masalah kehidupan sosial budaya, menolak tradisi, dan sebagai oposisi “high” culture. 
  2. Posmodernisme Merupakan Reaksi Terhadap Modernisme -> Tantangan modernisme sebagai faham baru demi tujuan pesemakmuran rakyat dan keadilan sosial melalui rasionalitasnya. Dalam perjalannya modernisme mengalami kebuntuan sehingga menimbulkan reaksi keras dari faham baru yang disebut Posmodernisme. Faham ini dikatakan sebagai paradigma baru atau sebagai antitesis modernisme karena menganggap bahwa modernisme gagal mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri. Hal demikian dipertegas oleh Michael Foucault yang menyatakan bahwa postmodernisme hanya secara khusus membahas tentang kegilaan untuk membongkar modernitas. Seperti dilansir dalam bukunya “Discipline and Punish” Foucalt menjelaskan tentang pembentukan masyarakat disiplin (disciplinary society) akibat modernitas. Ada pembentukan kedisiplinan bagi yang “abnormal” agar menjadi “normal”. Maka dari itu masyarakat modern membentuk alat sosial (social command) untuk mengubah yang “abnormal” agar sesuai dengan sistem yaitu: Aparat, institusi, dan hukuman. Sedangkan menurut Pauline Rosenau mendefinisikan Postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern karena telah gagal memenuhi janji-janjinya. Sehingga postmodernisme lebih cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas. Dalam pengertian alin, posmodernisme ingin membongkar cara pandang dan asumsi-asumsi dasar dibalik segala cita-cita modern karena telah menimbulkan berbagai bencana dan modernism telah krisis identitas. Begitu halnya Marvin Harris, menyatakan dengan tegas bahwa postmodernisme merupakan gerakan intelektual yang (sedikit) bertentangan dengan modernisme. Meski postmodernisme dianggap tidak memiliki paradig-ma penelitian yang lebih istimewa. Namun di sini postmodernisme disinyalir hanya dapat membongkar dan menghancurkan suatu teori atau pemahaman saja, dan tidak bisa menghasilkan suatu pemahaman baru. Sehingga pemikiran postmodernisme diserang oleh kelompok pemikiran positivis dan dianggap sebagai pemikiran yang hanya bisa menolak pemikiran baru dan tidak bisa berdamai dengan real politics. Pernyataan tersebut ditolak oleh kelompok postmodernisme yang menyatakan bahwa sebenarnya yang “riil” pun tidak ada, karena itu hanya bentuk interpretasi saja. 
      Kalau Dilihat dari pernyataan di atas, jelas sudah bahwa posmodernisme lebih dipandang sebagai lanjutan dari modernisme yang gagal melaksanakan tugas dari ide-idenya yang menimbulkan reaksi dari posmodernisme itu sendiri. Dapat dikatakan pula posmodernisme sebagai pemikiran yang sangat relatif sehingga dia harus mengingkari absolutisme dengan tolak ukur tidak ada kebenaran objektif atau tidak ada satu hal yang bersifat permanen dan universal di dunia modern ini. Hal demikian senada dengan pernyataan Josh McDowell & Bob Hostetler yang mendefinisikan postmodernisme sebagai suatu pandangan dunia yang ditandai dengan keyakinan bahwa tidak ada kebenaran dalam pengertian objektif tetapi diciptakan bukan ditemukan. Dengan penjelasan lain, Postmodernisme mengkritik atas metafisika, kecurigaan atas kebenaran dan makna serta menolak arogansi dari setiap teori, karena menganggap setiap teori punya tolak pikir masing-masing. Tujuan dari itu semua, posmodernisme ingin menghargai interpertasi pihak lain dan membebaskan manusia yang terasing dari manusia yang berkuasa, yang kemudian menempatkan mereka secara bersama-sama dalam kesejajaran.

1 komentar:

  1. bermanfaat sekali artikelnya bro, buat pembelajaran di kuliahan...ijin buat share

    BalasHapus

Menyusun Best Practices

  LK 3.1 Menyusun Best Practices   Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi...