APARAT KEAMANAN VERSUS MASYARAKAT
(Mereka belajar dari sejarah)
Lagi-lagi aparat keamanan di Indonesia
bentrok dengan masyarakat sipil akibat
demontrasi yang dianggap mengganggu keamanan bangsa. Kejadian seperti
ini sudah menjadi hal lumrah di negara demokrasi seperti Indonesia. Masyarakat yang bebas
bersuara dengan lantangnya menyatakan keinginan-keinginan mereka serta
penolakan-penolakan terhadap kebijakan yang tidak memihak pada mereka melalui
media demontrasi. Sedangkan aparat keamanan berupaya mengamankan masyarakat
yang menyuarakan keinginannya. Tapi tidak bisa dipungkiri pula demontrasi
kerapkali berubah menjadi anarkisme sehingga mengakibatkan kerusakan fasilitas negara dan
timbulnya korban jiwa. Para demonstran beranggapan bahwa dengan merusak
fasilitas negara maka pemerintah akan mendengarkan suaranya. Dengan itupula, situasi
cheos seperti inilah alasan tepat bagi aparat keamanan untuk meluncurkan peluru
kemasyarakat yang menimbulkan korban jiwa.
Rusaknya fasilitas negara sudah barang
tentu merugikan negara baik secara ekonomi maupun secara sosial. Begitupula timbulnya
korban jiwa sudah jelas terjadinya pembunuhan, meski hal ini sering berubah
menjadi sesuatu yang normal bagi negara dengan alasan bahwa hal demikian
merupakan prosedur keamanan negara. Kejadian demikianlah berdampak pada
kepercayaan masyarakat terhadap selogan “Melayani rakyat” yang diganti menjadi
“Melayani keparat”. Kalau ditelusuri lebih lanjut, peristiwa 1998 yang tak jauh
beda dengan peristiwa-peristiwa belakangan ini. Dimana para demonstran merusak
fasilitas negara dan aparat keamanan meluncurkan peluru keraha demonstran.
Inilah sejarah yang mereka ketahui sehingga peristiwa ini juga menjadi alasan
tepat bagi kedua belah pihak untuk melakukan hal yang sama. Secara serta merta
perdamaian abadi, keadilan sosial dan kemanusiaan yang beradab tanggal dari
asas negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar