INTERAKSI
SOSIAL
Interaksi sosial
merupakan berbagai hal yang berhubungan dengan sosial, dimana hal ini sangat
berkaitan dengan hubungan antar individu, hubungan
antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Apabila tidak ada
yang namanya interaksi sosial, maka bisa di pastikan jika dunia ini tidak akan
ada namanya kehidupan bersama.
Tak hanya itu saja,
proses sosial adalah salah satu interaksi timbal balik atau yang sering disebut
dengan hubungan yang saling mempengaruhi antara
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Hubungan yang seperti ini akan
berlangsung hingga seumur hidup di lingkungan masyarakat.
Shaw mengatakan jika
interaksi sosial merupakan sebuah pertukaran pribadi
yang bisa menunjukkan perilaku satu dengan yang lainnya. Dan setiap
pelaku tersebut pastinya akan mempengaruhi satu sama
lain juga. Selain itu, Thibut dan juga Kelley menyatakan hal yang sama
juga.
Mereka ini memberikan
pendapat jika interaksi sosial merupakan sebuah kejadian yang dapat
mempengaruhi satu sama lain di saat terdapat 2 orang yang hadir bersama.
Maksudnya adalah,
apabila dua orang maupun lebih sudah bertemu bersama serta bisa menciptakan tindakan yang dapat mempengaruhi satu sama lain,
maka hal itu akan disebut dengan interaksi sosial sebab mereka pasti melakukan
yang namanya komunikasi.
Jadi di dalam sebuah
interaksi, setiap tindakan dari seseorang akan sangat berguna untuk dapat
mempengaruhi individu yang lainnya. Bonner mengungkapkan jika sebuah interaksi
merupakan sebuah hubungan di antara dua orang maupun lebih serta adanya
tindakan individu maka bisa mempengaruhi maupun mengubah individu yang lainnya.
A. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat
diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang
dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu
lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya
diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya Proses Interaksi
sosial.
Menurut Herbert Blumer
adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang
dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu
itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir
adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna
dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai
sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process. Interaksi sosial dapat terjadi
bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial.
Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan
reaksi terhadap informasi yang disampaikan.
Karp dan Yoels
menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya
komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua,
yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang
dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan
ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh,
penampilan berbusana, dan wacana.
Robert T Hall dan
Definisi Situasi dari W.I. Thomas Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan
itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu.
Hall membagi ruangan
dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak
pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga
menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya
batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang
terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi
situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi
situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
“Interaksi sosial ialah
suatu hubungan yang ada di antara dua atau bahkan lebih dari individu manusia.
Yang mana perbuataan dari individu ini akan mengubah, mempengaruhi bahkan bisa
memperbaiki kelakuan dari individu yang lainnya. interaksi sosial juga tidak
sekedar berbicara mengenai tindakan tapi tindakanlah yang bisa mempengaruhi
individu yang lainnya.”
B. Syarat-Syarat Interaksi Sosial
1. Kontak sosial
Kontak
sosial berasal dari bahasa latin con atau cum
yang
berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh.
Jadi secara harfiah kontak adalah bersama-sama
menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan
badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak
perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya
dengan cara berbicara dengan orang yang
bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat
berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon,
telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan
badaniah.
Kontak
juga merupakan gejala sosial apabila bisa di pahami di dalam ilmu sosiologis.
Seseorang akan dapat berhubungan dengan orang lain tanpa adanya sentuhan fisik,
misalnya saja seperti berkomunikasi dengan melalui surat, tukar pesan seperti
sms, telepon dan lain sebagainya.
Apabila
kontak sosial ialah sebuah aksi kelompok maupun individu yang dapat di wujudkan
ke dalam sebuah bentuk isyarat serta memiliki makna untuk pelaku dan juga
penerima. Penerima nantinya akan membalas aksi dengan menggunakan reaksi. Kontak juga bisa di bedakan dengan
berdasarkan tingkat dari hubungan, sifat, bentuk dan juga cara.
a) Berdasarkan cara
Kontak
itu bisa di bedakan dari masalah caranya yakni adalah kontak langsung dan juga tidak
langsung. Kontak
langsung itu akan terjadi jika adanya sentuhan
fisik seperti halnya bahasa isyarat, berbicara dan juga tersenyum.
Sedangkan untuk kontak yang
tidak langsung ini di lakukan dengan adanya media
tertentu seperti hp, telepon, surat, radio yang masih banyak lagi.
b) Berdasarkan sifat
Apabila
berdasarkan dengan sifatnya maka bisa di pastikan jika ada tiga macam kontak.
Yang pertama adalah antar individu, kedua ialah individu dengan
kelompok dan yang ketiga adalah kelompok dengan kelompok. Untuk
kontak antar individu bisa di lihat pada saat ada seorang anak yang tengah
belajar mengenai kebiasaan yang akan di lakukan oleh keluarganya di rumah.
Sedangkan
untuk kontak antara individu dengan kelompok akan bisa di lihat pada saat
tengah melatih murid sehingga murid pun dapat mengikuti sebuah gerakan yang
sama dengan guru mereka. Untuk yang terakhir adalah kontak antara kelompok
dengan kelompok dimana bisa di lihat pada saat pertandingan sepak bola antara
siswa.
c) Berdasarkan bentuk
Jika
berdasarkan dari bentuknya maka kontak dibedakan menjadi dua macam bentuk yakni
kontak positif dan negatif. Untuk kontak positif memang hanya
akan terjadi pada saat kerja sama, dimana hal
ini bisa di lihat pada saat seorang penjual melayani seorang pembeli dengan
cara yang baik. sedangkan untuk kontak negatif hanya akan terjadi jika ada sebuah pertentangan yang dapat memutuskan sebuah interaksi seperti perang antar
Negara.
d) Berdasarkan tingkat hubungannya
Jika
dari tingkat hubungan ini kontak terbaik menjadi 2 yakni kontak sekunder dan
kontak primer. Untuk kontak primer bisa saja terjadi ketika orang
tersebut secara langsung bertemu.
Misalnya
saja adalah dengan melempar senyum, berjabatan tangan dan lain sebagainya.
Kemudian untuk kontak sekunder hanya akan terjadi melalui media maupun perantara. Media tersebut
nantinya dapat berupa sebuah alat maupun orang. Kontak ini bisa di lakukan
dengan cara langsung ataupun tidak langsung. Contohnya saja pada saat Anda
berbicara dengan menggunakan telepon.
2. Komunikasi
Komunikasi
adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi
terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan
perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini
kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai
keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap
ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama
antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi
bisa menghasilkan pertikaian yangterjadi karena salah paham yang masing-masing
tidak mau mengalah.
Pada
saat melakukan sebuah interaksi maka harus untuk melakukan komunikasi.
Komunikasi ini merupakan pembacaan dari perasaan
maupun sebuah gerak- gerik dari fisik. Lalu akan
muncul dengan sebuah ungkapan perasaan serta sikap takut, menolak, senang, ragu
dan masih banyak lagi. Ini merupakan sebuah reaksi dari
pesan yang telah di sampaikan melalui komunikasi tersebut. Apabila ada
sebuah aksi dan juga reaksi maka hal itu akan di sebut dengan komunikasi. Komunikasi itu adalah sebuah tindakan yang mana di lakukan
oleh seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan kepada seseorang
dan orang tersebut nantinya akan memberikan sebuah sinyal maupun tafsiran dari
sebuah pesan dengan menunjukkan bagaimana perasaan maupun perilaku. Mungkin
saja Anda dapat melihat jika sebuah komunikasi akan mirip dengan kontak tapi
walaupun ada kontak, Anda pun tidak bisa menjamin apabila sudah terjadi sebuah
komunikasi. Hal ini di sebabkan oleh adanya kegiatan yang dapat menuntut orang untuk dapat memahami pesan yang sudah di
sampaikan tersebut.
Komunikasi
ini memiliki 4 unsur yang terdiri dari pesan, umpan
balik, media komunikasi atau komunikator dimana merupakan pengirim dan penerima.
1)
Pengirim
adalah orang yang mengirimkan sebuah pesan kepada orang lain serta biasa
disebut dengan komunikator.
2)
Penerima
merupakan orang yang dapat menerima pesan dari orang yang mengirim, atau sering
disebut dengan komunicant.
3)
Media
adalah sarana maupun alat yang dipakai untuk menyampaikan sebuah pesan tersebut. Media juga terdiri dari 4 kelompok
yakni media massa, media kelompok, media publik dan juga media antara pribadi.
4)
Feed back
adalah umpan balik dari reaksi
yang di lakukan oleh penerima kepada pesan yang telah di terima
C. Jenis Jenis Interaksi Sosial
Interaksi
sosial memiliki berbagai macam bentuk serta bisa di kelompokkan dengan
berdasarkan bentuk, subjek dan juga cara.
1)
Interaksi sosial antar individu ialah
interaksi pada saat dua individu bertemu dengan cara langsung serta melakukan
sebuah interaksi satu sama lain meskipun itu termasuk ke dalam bentuk yang
sangat sederhana.
Misalnya yakni saling menyapa dan juga
tersenyum pada saat berpapasan di jalan.
2)
Interaksi antar kelompok, dimana ini
merupakan sebuah interaksi pada saat 2 kelompok yang berbeda akan saling
bertemu. Komunikasi yang terjalin juga bukan lagi berkaitan dengan hal yang
memiliki sifat pribadi melainkan dengan kepentingan kelompok. Contohnya saja
pertemuan antara ormas dan lain sebagainya.
3)
Interaksi individu dan juga kelompok,
merupakan sebuah interaksi dari seseorang berkomunikasi dengan beberapa
kelompok orang. Misalnya saja pada saat orang melakukan orasi di podium.
D. Macam-Macam Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial
mempunyai 2 macam bentuk yakni dengan asosiatif dan juga disosiatif. Masing-
masing akan mempunyai sub pada bagian lain yang berbeda. Berikut inilah
penjelasannya:
1.
Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif
Asosiatif
ini merupakan sebuah hasil dari sebuah hubungan yang positif serta bisa
menghasilkan sebuah persatuan. Dan berikut ini merupakan beberapa macam
interaksi sosial asosiatif:
A)
Kooperasi,
Kooperasi (kerja sama)
merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh banyak orang untuk tujuan bersama. Serta kerja sama tersebut, orang-
orang pun akan saling membantu, bersinergi dan juga saling mendukung. Hasil
dari kerja sama ini pastinya juga menghasilkan sebuah kerukunan untuk saling
gotong royong seperti yang dilakukan warga desa.
Beberapa sosiolog
menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok.
Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama. Golongan
terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar
bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk inetarksi
tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama di sini dimaksudkan
sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Bentuk dan pola-pola
kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan
sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga
atau kelompok-kelompok kekerabatan. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila
orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada
kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.
Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja srta balas jasa
yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian- keahlian tertentu
diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, agar rencana kerja samanya dapat
terleksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group-nya). Kerja
sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau
ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional
atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau
segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam
jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas,
karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya
rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.
Sehubungan dengan
pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu:
1)
Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2)
Bargaining atau tawar-menawar, yaitu
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang
dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
3)
Kooptasi (Cooptation),
yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi organisasi yang
bersangkutan.
4)
Koalisi (Coalition),
yaitu kombinasi antara dua organisasi/partai politik
atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau
lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu
dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
5)
Joint-ventrue atau patungan, yaitu kerja sama
dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dll.
B)
Akomodasi
Istilah
akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk
pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu
proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti
adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi
antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan
norma- norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Menurut
Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang
sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh
ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup
menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut
dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok
manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri
untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu
cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga
lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
1)
Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai
dengan situasi yang dihadapinya, yaitu: Untuk mengurangi pertentangan antara
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua
pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.
2)
Mencegah meledaknya suatu pertentangan
untuk sementara waktu.
3)
Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama
antara kelompok- kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-
faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat
yang mengenal sistem kasta.
4)
Mengusahakan peleburan antara
kelompok-kelompok sosial yang terpisah.
Akomodasi
terdapat dalam beberapa bentuk yaitu;
a)
Coercion,
adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana
salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak
lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun psikologis
(tidak langsung).
b)
Compromise,
adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak- pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat
melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu pihak bersedia
untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula
sebaliknya.
c)
Arbitration,
merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau
oleh suatu badan yang berkedudukan
lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
d)
Mediation
hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam
soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan
suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak
berwenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan
tersebut.
e)
Conciliation,
adalah suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya
suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat
lebih lunak daripada coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
f)
Toleration,
juga sering disebut sebagai tolerant-participation. Ini merupakan suatu bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration
timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, ini disebabkan karena adanya
watak orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
g)
Stalemate,
merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik
tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan oleh karena
kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk
mundur.
h)
Adjudication,
yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
C)
Asimilasi,
Asimilasi
ialah pelaburan dari dua kebudayaan yang berbeda yang akan menjadi satu kebudayaan baru untuk bisa mendapatkan
tujuan bersama. Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia
ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Secara
singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama,
walau kadangkala bersifat emosional, dengan tujuan untuk mencapai kesatuan,
atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan.
Proses asimilasi timbul
bila ada:
1)
Kelompok-kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya.
2)
Orang perorangan sebagai warga kelompok
tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
3)
Kebudayaan-kebudayaan dari
kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling
menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah
terjadinya suatu asimilasi adalah:
1)
Toleransi
2)
Kesempatan-kesempatan yang seimbang di
bidang ekonomi
3)
Sikap menghargai orang asing dan
kebudayaannya
4)
Sikap terbuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat
5)
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6)
Perkawinan campur (amalgamation)
7)
Adanya musuh bersama di luar.
Faktor-faktor
umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah:
1)
Terisolasi kehidupan suatu golongan
tertentu dalam masyarakat.
2)
Kurangnya pengetahuan mengenai
kebudayaan yang dihadapi.
3)
Perasaan takut terhadap kekuatan suatu
kebudayaan yang dihadapi.
4)
Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan
atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok
lainnya.
5)
Perbedaan warna kulit atau perbedaan
ciri-ciri badaniah.
6)
In-group feeling yang kuat.
7)
Golongan minoritas mengalami
gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
8)
Perbedaan kepentingan dan
pertentangan-pertentangan pribadi
D)
Akulturasi,
Akulturasi memang
cukup mirip dengan asimilasi akan tetapi kebudayaan
asli dari sebuah kelompok akan masih tetap ada. Dua kebudayaan akan
berpadu serta bisa menghasilkan budaya yang baru tanpa harus membuat
budaya yang asli menghilang.
2.
Interaksi Sosial Bentuk Disosiatif
Disosiatif
merupakan sebuah hasil dari dari hubungan negatif
yang bisa menimbulkan adanya perpecahan. Dan
berikut ini jenis dari interkasi sosial disosiatif:
a)
Kompetisi (Persaingan)
Kompetisi
merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk meraih sebuah prestasi serta bisa
menentukan apa yang terbaik. Kompetisi merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan
cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada,
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Ada beberapa bentuk persaingan, di
antaranya :
1)
Persaingan ekonomi.
Timbul karena terbatasnya persediaan
apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2)
Persaingan kebudayaan.
Menyangkut persaingan kebudayaan,
keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan sebagainya.
3)
Persaingan kedudukan dan peranan.
Di dalam diri seseorang maupun di dalam
kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai orang atau kelompok
yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang.
4)
Persaingan ras.
Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit,
bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu
perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan- perbedaan dalam kebudayaan.
Persaingan
dalam batas-batas tertentu dapat memiliki beberapa fungsi, antara lain :
1)
Menyalurkan keinginan-keinginan individu
atau kelompok yang bersifat kompetitif
2)
Sebagai jalan di mana keinginan,
kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian,
tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3)
Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas
dasar seks dan sosial
4)
Alat untuk menyaring para warga golongan
karya (fungsional) yang akhirnya akan menghaslkan pembagian kerja yang efektif.
Hasil
suatu persaingan terkait erat dengan berbagai factor, antara lain :
1)
Kepribadian seseorang
2)
Kemajuan masyarakat
3)
Solidaritas kelompok
4)
disorganisasi
b)
Kontravensi,
Jenis ini ada di tengah-
tengah antara pertentangan dan juga kompetisi. Hal yang seperti ini akan
menjadikan indvidu merasa bimbang sebab sebuah ketidak pastian dari individu
lainnya maupun menyembunyikan sebuah perasaan sebab adanya individu lainnya. Kontravensi
pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Bentuk-bentuk
kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard Becker, ada 5, yaitu :
1)
Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan
seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,
protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak
lain.
2)
Yang sederhana seperti menyangkal
pernyataan orang lain di depan umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca,
memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan sebagainya.
3)
Yang intensif mencakup penghasutan,
menyebarkan desas- desus, mengecewakan pihak lain, dsb.
4)
Yang rahasia, seperti mengumumkan
rahasia pihak lain, perbuatan khianat, dll.
5)
Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan,
mengganggu atau membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol dalam
pemilihan umum.
c)
Pertentangan atau pertikaian
(conflict) Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses
social di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Peyebab terjadinya pertentangan, yaitu :
1)
Perbedaan individu-individu
2)
Perbedaan kebudayaan
3)
Perbedaan kepentingan
4)
Perbedaan sosial
Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan,
sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan social di dalam srtuktur
social tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif.
Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan benih-benih
permusuhan, alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve
institutions yang menyediaka objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan
perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain.
Bentuk-bentuk
pertentangan antara lain :
1)
Pertentengan pribadi
2)
Pertentangan rasial
3)
Pertentangan antara kelas-kelas social,
umumnya disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
4)
Pertentangan politik
5)
Pertentangan yang bersifat
internasional.
Akibat
dari bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :
1)
Bertambahnya solidaritas “in-group” atau
malah sebaliknya yaitu terjadi goyah dan retaknya persatuan kelompok
2)
Perubahan kepribadian
3)
Akomodasi, dominasi dan takluknya satu
pihak tertentu
E. Ciri Ciri Interaksi Sosial
Terdapat beberapa ciri-ciri interaksi sosial sebagai
berikut:
1)
Adanya pelaku
yang lebih dari 1 orang.
2)
Adanya sebuah
komunikasi antara pelaku dengan memakai symbol.
3)
Adanya dimensi
waktu untuk bisa menentukan sifat aksi yang tengah berlangsung.
4)
Mempunyai tujuan
tertentu.
Tidak seluruh tindakan
akan bisa dikategorikan dengan interaksi. Di dalam sebuah interaksi wajib
adanya sebuah orientasi dari timbal- balik dari beberapa pihak yang
bersangkutan. Entah itu adanya timbal baik dengan bentuk cinta maupun benci,
menolong ataupun melukai, sebuah pengkhianatan atau kesetiaan.
F. Faktor-faktor Interaksi Sosial
Kelangsungan interaksi
sosial, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses
yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan beberapa faktor yang
mendasarinys, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu (vide Bonner, Social
Psychology, no. 3):
1)
Faktor Imitasi
Imitasi
adalah suatu proses meniru seseorang atau mengikuti seseorang sesuatu di luar dirinya dan hanya sebahagian saja.
Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya berdasarkan
faktor imitasi. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah, peranan imitasi
dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Misalnya bagaimana seorang anak belajar
berbicara. Mula-mula ia mengimitasi dirinya sendiri kemudian ia mengimitasi
kata-kata orang lain. Ia mengartikan kata-kata juga karena mendengarnya dan
mengimitasi penggunaannya dari orang lain. Lebih jauh, tidak hanya berbicara
yang merupakan alat komunikasi yang terpenting, tetapi juga cara-cara lainnya
untuk menyatakan dirinya dipelajarinya melalui proses imitasi. Misalnya,
tingkah laku tertentu, cara memberikan hormat, cara menyatakan terima kasih,
cara-cara memberikan isyarat tanpa bicara, dan lain-lain. Selain itu, pada
lapangan pendidikan dan perkembangan kepribadian individu, imitasi mempunyai
peranannya, sebab mengikuti suatu contoh yang baik itu dapat merangsang
perkembangan watak seseorang. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok
untuk melaksanakan perbuatan- perbuatan yang baik. Peranan imitasi dalam
interaksi sosialjuga mempunyai segi-segi yang neatif. Yaitu, apabila hal-hal
yang diimitasi itu mungkinlah salah atau secara moral dan yuridis harus
ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi orang banyak, proses imitasi itu
dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang meliputi jumlah serba
besar. Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat
menimbulkan kebiasaan di mana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, seperti
yang berlangsung juga pada faktor sugesti. Dengan kata lain, adanya peranan
imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas
berpikir kritis pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupannya. Imitasi
bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti yang diuraikan
oleh Gabriel tarde, melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi
sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam
pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak.
2)
Faktor Sugesti
Arti sugesti dan
imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah
bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya;
sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan
atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana
seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah
laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Secara garis besar,
terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti
terjadi, yaitu:
a)
Sugesti karena hambatan berpikir Dalam
proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya mengambil alih
pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya pertimbangn-pertimbangan
kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena sugesti itu menelan apa saja yang
dianjurkan orang lain. Hal ini tentu lebih mudah terjadi apabila ia – ketika
terkena sugesti – berada dalam keadaan ketika cara-cara berpikir kritis itu
sudah agak terkendala. Hal ini juga dapat terjadi – misalnya – apabila orang
itu sudah lelah berpikir, tetapi juga apabila proses berpikir secara itu
dikurangi dayanya karena sedang mangalami rangsangan-rangsangan emosional.
Misalnya: Rapat-rapat Partai Nazi atau rapat-rapat raksasa seringkali diadakan
pada malam hari ketika orang sudah cape dari pekerjaannya. Selanjutnya mereka
pun senantiasa memasukkan dalam acara rapat-rapat itu hal-hal yang menarik
perhatian, merangsang emosi dan kekaguman sehingga mudah terjadi sugesti kepada
orang banyak itu.
b)
Sugesti karena keadaan pikiran
terpecah-pecah (disosiasi) Selain dari keadaan ketika pikiran kita dihambat
karean kelelahan atau karena rangsangan emosional, sugesti itu pun mudah
terjadi pada diri seseorang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya,
yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah-belah. Hal ini
dapat terjadi – misalnya – apabila orang yangbersangkutan menjadi bingung
karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi
daya penampungannya. Apabila orang menjadi bingung, maka ia lebih mudah terkena
sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya itu. Keadaan semacam ini dapat pula menerangkan mengapa dalam zaman
modern ini orang-orang yang biasanya berobat kepada dokter juga mendatangi
dukun untuk memperoleh sugestinya yang dapat membantu orang yang bersangkutan
mengatasi kesulitan-kesulitan jiwanya.
c)
Sugesti karena otoritas atau prestise
Dalam hal ini, orang cenderung menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap
tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh para ahli dalam
bidangnya sehingga dianggap otoritas pada bidang tersebut atau memiliki prestise
sosial yang tinggi.
d)
Sugesti karena mayoritas Dalam hal ini,
orang lebih cenderung akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila ucapan
itu didukung oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompknya
atau masyarakatnya.
e)
Sugesti karena ”will to believe”
Terdapat pendapat bahwa sugesti justru membuat sadar akan adanya sikap-sikap
dan pandangn-pandangan tertentu pada orang-orang. Dengan demikian yang terjadi
dalam sugesti itu adalah diterimanya suatu sikap-pandangan tertentu karena
sikap-pandangan itu sebenarnya sudah tersapat padanya tetapi dalam kedaan
terpendam. Dalam hal ini, isi sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih
lanjut karena pada diri pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu
kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang sebenarnya
sudah terdapat padanya.
3)
Fakor Identifikasi
Identifikasi
adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Istilah identifikasi timbul
dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial
dari orang tuanya. Dalam garis besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam
kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi
dan ia pun mempelajarinya yaitu dengan dua cara utama. Pertama ia
mempelajarinya karena didikan orangtuanya yang menghargai tingkah laku wajar
yang memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum tingkah laku yang melanggar
norma-normanya. Lambat laun anak itu memperoleh pengetahuan mengenai apa yang
disebut perbuatan yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak baik
melalui didikan dari orangtuanya.
Identifikasi dalam
psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan seorang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak
dan tidak hanya merupakan kecenderungan untuk menjadi
seperti seseorang secara lahiriah saja, tetapi justru secara batin.
Artinya, anak itu secara tidak sadar mengambil alih sikap-sikap orangtua yang
diidentifikasinya yang dapat ia pahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah
lakunya sejauh kemampuan yang ada pada anak itu. Sebenarnya, manusia ketika ia
masih kekurangan akan norma-norma, sikap- sikap, cita-cita, atau
pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam- macam situasi dalam kehidupannya,
akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada
lapangan kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan. Demikianlah, manusia
itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya itu, terutama dalam
suatu masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi kehidupannya serba
ragam. Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan orang tempat
identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada ikatan antara
orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya. Di samping itu, imitasi dapat
berlangsung antara orang-orang yang tidak saling kenal, sedangkan orang tempat
kita mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu dengan cukup teliti (dengan
perasaan) sebelum kita mengidentifikasi diri dengan dia, yang bukan merupakan
proses rasional dan sadar, melainkan irasional dan berlangsung di bawah taraf
kesadaran kita.
4)
Faktor Simpati
Simpati dapat
dirumuskan sebagai perasaan tertariknya
seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,
tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Akan
tetapi, berbeda dengan identifikasi, timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi manusia yang merasa simpati
terhadap orang lain. Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan
antara dua orang atau lebih. Patut ditambahkan bahwa simpati dapat pula
berkembang perlahan-lahan di samping simpati yang timbul dengan tiba-tiba.
Gejala identifikasi dan
simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Akan tetapi, dalam hal simpati yang
timbal-balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama di mana seseorang
ingin lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa
berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan
dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu menghormati dan
menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain itu
dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin
mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi
dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin
belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal. Hubungan simpati
menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau lebih orang yang setaraf.
Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti
yang lain dalam sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud kerja sama,
identifikasi bermaksud belajar.
5)
Empati
Mungkin Anda tidak
asing dengan istilah ini, empati merupakan kondisi dimana Anda merasakan perasaan orang lain untuk diri sendiri.
Perasaan empati biasanya muncul ketika seseorang memiliki pandangan bahwa
setiap orang harus memiliki kesamaan derajat kehidupan.
Contoh empati yang
mendukung terjadinya interaksi sosial adalah ketika Anda merasa seolah-olah Anda mengalami bencana saat melihat
tanyangan televisi dan Anda ingin membantu mereka karena Anda merasa akan
membutuhkan hal yang sama ketika Anda di posisi mereka.
6)
Motivasi
Apa yang memotivasi
Anda hari ini kuliah atau kerja? motivasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
interaksi sosial. Dengan adanya motivasi orang akan melakukan dan berjuang
bersama dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuannya. Motivasi adalah bentuk
dorongan yang diberikan untuk seseorang agar dia
ingat kembali mengenai visi-misi yang akan dicapai.
Kesimpulannya,
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial diatas merupakan
dasar mengapa manusia saling berbicara, saling berhubungan dan saling
mengidolakan. Itulah proses sosial yang membentuk sebuah kehidupan masyarakat
yang saling mempengaruhi satu sama lain.