Senin, 13 April 2020

Latar Belakang Munculnya sosiologi, ciri-ciri sosiologi, objek kajian sosiologi, kegunaan dan manfaat sosiologi (dasar sosiologi)

A.    LATAR BELAKANG MUNCULNYA SOSIOLOGI

Sosiologi yang lahir pada tahun 1842 ditandai tatkala Auguste Comte menerbitkan bukunya yang berjudul Positive-Philosophy. Banyak pemikiran dan teori Comte yang sangat tersohor pada saat itu hingga sekarang. Menurut Comte, sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan atau observasi terhadap masyarakat bukan hanya sekadar spekulasi-spekulasi perihal masyarakat. Pemikiran yang paling termasyhur diantara pemikiran-pemikiran Pria yang dilahirkan 215 tahun lalu ini adalah
Pemikirannya tentang tiga tahap perkembangan intelektual. Yaitu,
Pertama tahap teologis atau fiktif,
kedua tahap metafisik yang merupakan perkembangan dari tahap pertama,
ketiga adalah tahap positif yang merupakan tahap terakhir dari perkembanagan manusia.

Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu Social Statics dan Social Dynamic. Social statics dimaksudkannya sebagai suatu study tentang hukum– hukum aksi dan reaksi antara bagian– bagian dari suatu sistem sosial. Social statics merupakan bagian yang paling elementer dari ilmu sosiologi, tetapi dia bukanlah bagian yang paling penting dari study mengenai sosiologi, karena pada dasarnya social statics merupakan hasil dari suatu pertumbuhan.
Bagian yang paling penting dari sosiologi menurut Auguste Comte adalah apa yang disebutnya dengan social dynamic, yang didefinisikannya sebagai teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat. Karena social dynamic merupakan study tentang sejarah yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu sendiri.


1.       Revolusi Politik
a.    Rentetan revolusi politik seluruhnya di awali dengan revolusi prancis pada tahun 1789 hingga abad ke-19 M.
b.    Revolusi politik menimbulkan dampak positif, maupun negative. Namun dari segi keteraturan dan perdamaian, masih lebih teratur dan damai pada abad pertengahan yaitu zaman helenisme daripada zaman renaisans.
c.    Para teoritisi masa ini tertarik untuk menemukan basis tatanan social baru, dikarenakan tatanan social sebelumnya telah hancur akibat revolusi politik.
d.   Para teoritisi ini diantaranya adalah:
1)   Comte,
2)   Durkheim, dan
3)   Parsons.
2.       Revolusi Industri dan Lahirnya Kapitalisme
a.       Berkembang pesat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
b.      Bukan peristiwa tunggal, melainkan terdiri dari beberapa peristiwa yang berkembang dan saling terkait.
c.       Puncaknya transformasi dunia barat dari sistem pertanian menuju sistem industri.
d.      Industri ada karena kemajuan teknologi yang sangat pesat.
e.       Birokrasi ekonomi semakin dibutuhkan industri karena jasanya.
f.       Menumbuhkan sistem ekonomi kapitalis.
g.      Pasar bebas muncul dan memberikan banyak keuntungan bagi para kapitalis.
h.      Munculnya strata sosial yang tidak stabil.
i.        Munculnya gerakan buruh untuk merobohkan kemapanan dari para kapitalis secara radikal.
3.       Kelahiran Sosialisme
a.       Menurut marx, adalah serangkaian perubahan yang bertujuan mengatasi akibat samping dari sistim industri dan kapitalisme.
b.      Sedangkan menurut weber dan Durkheim adalah solusi dari masalah-masalah industri.
c.       Weber dan Durkheim memiliki definisi berbeda dengan marx tentang sosialisme.
d.      Weber dan Durkheim lebih mengupayakan reformasi sosial dalam kapitalisme, daripada revolusi sosial yang di uslkan oleh karl marx.
4.       Feminisme
a.       Perspektif feminis akan muncul dimana saja ketika wanita telah merasa tersubordinasikan oleh laki-laki.
b.      George ritzer melacak pendahulu feminis muncul mulai tahun 1630-an. Sedangkan ledakan karya feminis pertama mulai muncul pada tahun 1780-1790-an. Dan secara bebas baru ditulis baru-baru ini, misalnya baca (Deegan, 1988; Fitzpatrick, 1990; Gordon, 1994; Lengermann dan Niebrugge-Brantlry, 1998; Rosenberg, 1982).
c.       Pada ledakan karya feminis pertama yang terjadi pada tahun 1780-1790, antara lain tokohnya adalah Harriet Martineau, Charlotte Perkins Gilman, Jane Addams, Florence Kelley, Anna Julia Cooper, Ida Wells-Barnett, Marrianne Weber, dan Beatrice Potter Webb.
d.      Namun seiring berjalannya waktu, karya mereka terpinggirkan karena tanggapan para tokoh sosiolog laki-laki yang memiliki posisi sentral pada masa itu, menanggapinya dengan konservatif dan merespon dengan tanggapan yang konvensional. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Spencer, weber, dan Durkheim.
5.       Urbanisasi
a.       Dampak revolusi industri pada abad ke-19 dan 20 menimbulkan imigrasi besar-besaran.
b.      Karena imigran belum dapat bersosialisasi dengan baik, maka timbullah masalah-maslah baru, seperti :
1)      kepadatan penduduk yang tidak seimbang antar daerah,
2)      polusi yang berlebihan,
3)      kemacetan,
4)      kebisingan, dan
5)      penipuan.
c.       Para sosiolog yang meneliti untuk mencari solusi dari masalah-masalah tersebut adalah Max Weber, dan George Simmel.
6.       Perubahan di Wilayah Agama
a.       Banyak sosiolog muncul dari latar belakang agama.
b.      Sosiolog memiliki orintasi hampir sama dengan agama yaitu memperbaiki kehidupan manusia, dengan perbaikan moral (Durkheim dan Talcott Persons).
c.       Comte menyebut sosiologi sebagai agama baru.
d.      Para sosiolog religious, seperti:
1)      Vidich,
2)      Lyman,
3)      Comte,
4)      Weber,
5)      Marx, dll.
7.       Tumbuhnya Ilmu Pengetahuan
a.    Paradigma positifistik yang dilahirkan comte berdampak pada kemajuan teknologi.
b.  Ilmu pengetahuan yang dianggap memiliki hubungan penting dengan teknologi mendapatkan tempat istimewa dalam lembaga-lembaga pendidikan. Seperti:
1)      Kimia,
2)      Fisika,
3)      Biologi, dll.
c.    Para sosiolog kebanyakan tertarik untuk mamahami bidang keilmuan tersebut. Seperti:
1)      Comte,
2)      Durkheim,
3)      Spancer,
4)      Mead, dan
5)      Schute.
d.    Terjadi perdebatan tentang hubungan sosilogi dengan ilmu pengetahuan.
e.  Weber berpendapat bahwasannya sosiologi memiliki ciri khas tersendiri, sehingga menjadikan adobsi menyeluruh model ilmiah susah direalisasikan dan tidak bijak.
f.  Pengamatan sekilas terhadap jurnal-jurnal Amerika hingga saat ini menunjukkan dominasi pendapat bahwasannya mereka lebih menghendaki sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan.

B.     CIRI-CIRI SOSIOLOGI

1.      Empiris, artinya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan didasarkan pada observasi terhadap kenyataan menggunakan akal sehat dan indra, sehingga hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2.      Teoritis, artinya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil pengamatan empiris. Abstraksi merupakan penarikan kesimpulan yang menjelaskan hubungan sebab-akibat dari gejala-gejala sosial yang diteliti.
3.      Kumulatif, artinya sosiologi membangun argumen yang tidak turun begitu saja di ruang hampa, melainkan disusun atas teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Teori-teori tersebut merupakan hasil dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
4.      Non etis, artinya sosiologi membahas suatu permasalahan sosial tanpa mempersoalkan nilainya, yaitu baik atau buruknya suatu persoalan yang dibahas. Sosiologi lebih berkepentingan untuk menjelaskan mengapa suatu fenomena terjadi. Penjelasan tersebut juga harus logis, mendalam, dan mudah dipahami.

C.    OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI

Objek sosiologi ada dua macam, yaitu objek material dan objek formal.

  1. Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala, dan proses hubungan antarmanusia yang mempengaruhi kesatuan hidup manusia itu sendiri.
  2. Objek formal sosiologi ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian, objek formal sosiologi adalah hubungan antarmanusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.


D.    KEGUNAAN MEMPELAJARI SOSIOLOGI

Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi memiliki empat macam kegunaan, yaitu dalam bidang perencanaan sosial, penelitian, pembangunan, dan pemecahan masalah sosial.

A. Perencanaan Sosial
          Pengetahuan sosiologi sering diterapkan dalam perencanaan sosial. Dalam membuat sebuah perencanaan tentunya seorang ahli harus memahami betul seluk-beluk kehidupan masyarakat yang menjadi objek perencanaan sosial. Untuk memahami masyarakat inilah, seorang ahli menerapkan ilmu sosiologi. Perencanaan sosial adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan kehidupan manusia dalam masyarakat secara ilmiah yang bertujuan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pada masa-masa terjadi perubahan.
Perencanaan sosial lebih bersifat preventif. Oleh karena itu, kegiatannya merupakan pengarahan-pengarahan dan bimbingan-bimbingan sosial mengenai cara-cara hidup masyarakat yang lebih baik. Makanya, berbagai perencanaan sosial dibuat. Secara sosiologi, perencanaan sosial didasarkan pada perincian pekerjaan yang harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik daripada sebelumnya. Contoh, pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif. Hal ini berarti diperlukan persiapan untuk menggunakan perencanaan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat demi mencapai kemajuan. Sehingga teknologi bukan menjadi beban dan justru tidak bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.


B. Penelitian

          Sosiologi memiliki metode-metode penelitian sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu lainnya. Objek penelitian sosiologi mengacu hampir seluruh aspek kehidupan
manusia, terutama aspek yang berhubungan dengan interaksi antarmanusia dalam masyarakat. Selain itu, tugas sosiologi adalah
mencari dan menemukan data faktual tentang kebenaran yang terlepas dari nilai-nilai subjektif. Informasi sosiologi yang disajikan senantiasa ditemukan melalui metode-metode ilmiah yang sudah teruji. Sosiologi dalam penelitian tentang tindakan sosial dalam masyarakat selalu bersandar pada interpretasi yang logis, objek diutamakan pada situasi yang dialami, diketahui dan dilihat, sehingga asumsi-asumsinya dapat dibuktikan. Selain itu penelitian sosiologis
lebih mengutamakan hasil yang objektif serta bebas dari kecenderungan baik dan buruk. Oleh karena itu, di abad perubahan seperti sekarang ini dengan corak kehidupan sosial yang kompleks dan rumit penelitian sosiologis sangat dibutuhkan untuk mengungkap masalah yang faktual.
Dalam penelitian masyarakat, sosiologi memiliki kelebihan dibidang ilmu-ilmu yang lain dikarenakan beberapa sebab antara lain.
o   Memahami simbol kata, kode, serta sebagai istilah yang digunakan masyarakat.
Pemahaman terhadap pola- pola tingkah laku manusia dalam bermasyarakat.
o   Kemampuan mempertimbangan fenomena sosial yang timbul di dalam kehidupan   
Bermasyarakat.
o   Kemampuan memperlihatkan kecenderungan perubahan pola dan tingkah laku  Masyarakat.
o   Kehati- hatian menjaga pemikiran yang rasional agar tidak terjebak dala pola pikir yang tidak jelas.


C. Pembangunan

          Pengertian pembangunan dalam sosiologi adalah cara menggerakkan masyarakat untuk mendukung pembangunan dan masyarakat adalah sebagai tenaga pembangunan, dan dampak pembangunan. Sosiologi pembangunan berkembang pesat sejak awal 1960-an. Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terncana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah mencantumkan tujuan pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan masyarakat adalah suatu keadaan yang selalu menjadi cita-cita seluruh bangsa di dunia ini.

D. Pemecahan Masalah Sosial

            Sebagaimana ilmu tentang masyarakat, sosiologi mempunyai peranan besar dalam upaya-upaya pemecahan masalah sosial. Bahkan upaya pemecahan masalah sosial secara terperinci dipelajari dalam kajian ilmu sosiologi. Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur sosial yang membahayakan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sosiologi menyuguhkan metode-metode sosial yang mampu menjadi metode penanggulangan masalah-masalah tersebut. Menurut Roucek dan Warren, masalah sosial merupakan masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri.
Upaya pemecahan masalah:
ü  Negara membuat kebijakan sosial yang benar- benar akurat yang didasarkan pada data dan informasi terkini.
ü  Tindakan bersama oleh masyarakat sehingga tercipta sebuah kondisi masyarakat yang lebih ideal.

E.     

Sabtu, 03 Desember 2016

Ketimpangan sosial/Kesenjangan sosial


A.    Pengertian Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial adalah suatu ketidakseimbangan atau kesenjangan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Artinya ketimpangan ditandai dengan tidak samanya peluang, proporsi, atau kepemilikan seseorang terhadap orang lain sedangkan mereka memiliki status yang sama. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ketimpangan sosial merupakan dampak dari tindakan diskriminasi atau ketidakadilan terhadap seseorang. Hal ini sesuai dengan pengertian dari beberapa tokoh yaitu:
a.       Menurut Naidoo dan Wills
Ketimpangan sosial adalah perbedaan-perbedaan dalam pemasukan (income), kekuasaan (power), dan status di dalam dan antara masyarakat. Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-orang yang berkuasa melalui institusi dan proses-proses sosial.
b.      Menurut Andrinof A. Chaniago
Ketimpangan adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada aspek ekonomi dan   melupakan aspek sosial. Ketimpangan muncul karena pengambilan kebijakan cenderung menganggap pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita dan pembangunan infrastruktur adalah tujuan utama pembangunan. Sehingga mengabaikan sikap dan perilaku sosial individu, corak ekonomi tradisional, serta keunikan yang terdapat diberbagai tempat.
c.       Menurut Budi Winarno
Ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat.
d.      Menurut Jonathan Haughton & Shahidur R. Khandker
Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidak-adilan yang terjadi dalam proses pembangunan.
e.       Roichatul Aswidah
Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak residual dari proses pertumbuhan ekonomi.

B.     Faktor Terjadinya Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial tidak terlepas dari beberapa faktor yang mendukung. Secara teoritis sekurang-kurangnya ada dua faktor yang dapat mendukung terjadinya ketimpangan sosial yaitu: 
1.      Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Artinya faktor yang disebabkan oleh individu karena rendahnya kualitas sumberdaya manusia seperti tingkat pendidikan (ilmu pengetahuan & keterampilan), kesehatan rendah atau terdapat hambatan budaya pada diri sendiri seperti budaya malas, sikap apatis, pandangan yang cenderung menyerah pada nasib, tidak memiliki etos kerja, dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa depan. Dalam penjelasan Lewis (1969), ketimpangan sosial tipe ini muncul karena masyarakat itu terkungkung dalam kebudayaan kemiskinan.
2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal diartikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini dapat terjadi karena birokrasi atau ada peraturan-peraturan resmi (kebijakan), sehingga dapat membatasi atau memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. Dengan kata lain, ketimpangan sosial bukan terjadi karena seseorang malas bekerja atau tidak mempunyai kemampuan sebagai akibat keterbatasan atau rendahnya kualitas sumberdaya manusia, tetapi karena ada hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan struktural. Ketimpangan sosial ini merupakan salah satu penyebab munculnya kemiskinan struktural. 

C.    Faktor Penyebab Ketimpangan sosial
1.      Perbedaan sumber Daya Alam
Kalau dilihat dari sumber daya alam di Indonesia sangatlah kaya hampir merata memiliki sumber daya alam yang berlimpah seperti Papua (tambang emas), Kalimantan (batu bara), Sumatera (Gas), dll. Sumber daya alam sarat akan kaya dari sumber daya hayati dan non-hayati. Tidaklah bisa dipungkiri pula bahwa sumber daya alam sangat berhubungan erat dengan tingkat perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh cara pemanfaatan sumber daya alam yang dengan baik akan menghasilkan perekonomian yang baik namun kalau pemanfaatanya tidak baik maka akan terjadi perusakan lingkungan dan merugikan masyarakat setempat. Namun sering terjadi malah pemanfaat sumber daya daerah dilakukan oleh perusahaan asing yang tidak memihak pada pendapatan daerah. Hal demikianlah yang rentan akan terjadi ketimpangan dalam pengelolaan sumebr daya alam daerah.
2.      Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat menyebabkan kesejahteraan sosial dan bisa pula menjadi ketimpangan sosial. Jika kebijakan memihak pada masyarakat semua kalangan baik atas maupun bawah maka akan terjadi keadilan dan menuju kemakmuran, namun sebaliknya kalau memihak pada kalangan atas maka akan terjadi ketimpanganBisa diambil permisalan kebijakan menentukan harga BBM sangat mempengaruhi kehidupan dua belah pihak atau kalangan.
3.      Pengaruh Globalisasi
Masyarakat yang mampu menyikapi dan memanfaatkan globalisasi secara tepat akan mencapai kemajuan. Sementara itu, masyarakat yang tidak mampu memanfaatkan globalisasi secara tepat tidak akan mampu mengambil kesempatan yang ditawarkan globalisasi. Globalisasi juga mampu menjadikan suatu keadaan yang timpang, misalnya perkotaan lebih dipenuhi industrialisasi dengan beragamnya atau terspesialisaniya pekerjaan sedangkan pedesaan hanya dimanfaatkan sumber daya alamnya saja. 
4.      Faktor Demografis
Kondisi demografis dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, sistem sosial, struktur kependudukan, perbedaan kondisi ketenaga kerjaan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan segala hal yang berkaitan dengan penduduk.  Perbedaan kondisi demografis suatu daerah acap kali menjadi penyebab terjadinya ketimpangan sosial karena perbedaan produktivitas kerja masyarakat pada setiap daerah berbeda-beda tergantung pada kualitas demografisnya.
Berikut ini adalah beberapa klasifikasi dalam bidang demografi yang utamanya berpengaruh langsung dalam menimbulkan ketimpangan sosial antar masyarakat pada suatu lingkungan:

  • Jumlah

Keterkaitan antara jumlah penduduk dengan ketimpangan sosial dalam bermasyarakat bisa dilihat dari perbedaan penduduk padat dengan wilayah sempit dan penduduk yang masih jarang dan luas wilayahnya. Wilayah padat penduduk cenderung akan memicu semakin tingginya tingkat kompetisi sedangkan dalam wilayah jarang penduduk kehidupan yang lamban karena masih banyak yang bisa dikelola membuat penduduknya memiliki sikap santai
  • Komposisi
Lebih lanjut mengenai seberapa fokus kependudukan berpengaruh terhadap ketimpangan sosial maka kali ini kita akan membahas tentang komposisi penduduk yang mendiami suatu wilayah lingkungan bermasyarakat, semisal saja yakni interaksi sosial antara satu wilayah lingkungan dengan rata-rata pekerja lapangan dengan pekerja kantoran pastilah akan jauh berbeda, kehidupan di lapangan akan memicu lebih banyak interaksi antar beragam masyarakat yang berbeda setiap pergantian waktunya, sedangkan masyarakat kantoran cenderung lebih cuek dengan sekitar dan pastinya fokus mereka lebih kepada tumpukan kerjaan di atas meja yang tiada habisnya
  • Persebaran
Sedangkan masalah yang meliputi tentang persebaran penduduk yakni hampir tak berbeda jauh dengan masalah jumlah kependudukan, akan tetapi biasanya daerah dengan persebaran penduduk tidak merata akan semakin memperparah tingkat ketimpangan sosial dalam masyarakat, wilayah pusat dengan peminat yang tinggi dari berbagai daerah bisa memicu berbagai macam peningkatan tingkat kriminalitas sedangkan pada daerah terpencil tanpa penduduk padat maka seringkali tingkat produktifitas sumber daya kurang dapat dimaksimalkan, dan ini menjadi suatu jurang pemisah yang amat nyata bagi perbedaan diantara kedua jenis lingkungan bermasyarakat tersebut

5.      Letak dan Kondisi Geografis
Letak dan kondisi geografis Indonesia mempengaruhi tingkat pembangunan suatu masyarakat. Masyarakat yang tinggal didataran rendah pada umumnya lebih mudah membangun berbagai infrastruktur, sementara itu masyarakat yang tinggal dataran tinggi memerlukan waktu dan proses panjang dalam pembangunan yang terkendala oleh bentang alam yang menanjak dan tidak merata.
D.    Bentuk-bentuk Ketimpangan Sosial
1.      Ketimpangan di bidang Gender
Ketimpangan gender adalah kondisi di mana terdapat ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di berbagai sektor kehidupan banyak indikator menunjukan perempuan tertinggal dibandingkan laki-laki dalam hal memperoleh kesempatan, peluang dan hasil-hasil pembangunan. Terlihat dari banyaknya perempuan hanya dipekerjakan sebagai tenaga kerja wanita yang dikirim keluar negeri. Selain itu, saat ini wanita masih dianggap sebagai manusia kedua yang hanya bekerja di sumur, kasur, dan dapur saja. Hal ini diperkuat oleh pandangan masyarakat yang tradisional dengan berpegang teguh pada pandangan wanita tidak ada guna untuk disekolahkan setinggi-tingginya.
2.      Ketimpangan di bidang Pendidikan
Jika dilihat dari segi edukasi ataupun latar belakang pendidikan dalam contoh yang paling mendasar dapat dengan mudah kita temui realita di sekitar kehidupan lingkungan kita, pada umumnya anak pusat perkotaan akan memiliki keunggulan mutu baik dari segi ketersediaan bahan penunjang materi ajar, ketersediaan tenaga ajar yang memadai serta berbagai fasilitas pendidikan lain yang maksimal namun biasanya kendala mereka justeru terbentur pada mentalitas anak didik yang kurang dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dan pendidikan justru tak jarang sering terkalahkan dengan berbagai hiburan hedon khas pusat kota yang mengganggu fokus anak didik tersebut.
Sedangkan saat kita menilik pada kehidupan daerah yang umumnya pinggiran, dengan tentu saja materi ajar serja guru pengajar dan fasilitas pendidikan yang umumnya terbelakang namun kita jumpai semangat anak didik yang begitu menyala demi mendapat pendidikan di sekolah-sekolah, tak mereka hiraukan betapa sulit kemungkinan medan dan juga seberapa jauhpun jarak yang musti mereka tempuh demi dapat menuntut ilmu di sekolah dan bertemu dengan kawan dan guru untuk belajar bersama demi harapan masa depan yang semakin gemilang.
3.      Ketimpangan di bidang Kesehatan
Hal yang tidak begitu jauh berbeda pula terjadi pada kondisi kesehatan masyarakat yang senantiasa berbeda dan timpang yang pada umumnya dapat dibandingkan dengan wilayah pusat dan pinggiran kota, wilayah pusat dengan beragam alat kesehatan memadai segala penyakit dapat diatasi sejak dini namun umumnya segala keluhan penyakit datang dari beragam makanan instan kurang sehat yang menjadi konsumsi utama masyarakat kota dengan tingkat kesibukan yang luar biasa.
Sedangkan dalam wilayah pinggiran tentulah berbagai tenaga serta alat medis masih sangat terbatas demi memberi pertolongan pada terjadinya beragam keluhan penyakit, pada umumnya konsumsi makanan dengan bahan berbahaya dari segi kimia masih dapat dikendalikan namun fokus utama pencetus penyakit pada kalangan pinggiran yakni dikarenakan betapa minimnya kesadaran masyarakat akan kebersihan pribadi dan lingkungan yang masih sulit diusahakan demi tercapainya kesehatan yang maksimal, hal ini juga memicu beragam macam penyakit berbeda yang menjadi ciri khas dari wilayah yang berbeda.
4.      Ketimpangan di bidang Pendapatan
Paling erat kaitannya dengan finansial yakni mengenai ketersediaan sumber daya baik dari segi alam maupun manusia yang mampu menopang pergerakan suatu roda perekonomian, pada umumnya wilayah pusat perkotaan adalah suatu wilayah penguasa ekonomi dikarenakan potensi mereka dalam mengelola bahan yang ada lebih besar ketimbang apa yang bisa diusahakan oleh para penduduk dari wilayah pinggiran, tentunya hal ini juga tak terlepas dari kucuran modal yang dipunya serta beragam latar belakang pendidikan yang dienyam.

E.     Dampak Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial selalu meninggalkan jejak baik positif maupun negatif. Berikut ini dampak dari ketimpangan sosial : 
           1.      Dampak Positif
a)      Ketimpangan sosial dapat menjadi suatu stimulasi ampuh bagi beberapa wilayah untuk terus memaksimalkan potensi mereka demi menuju ke arah yang senantiasa lebih baik lagi
b)      Ketimpangan sosial juga dapat menumbuhkan rasa empati antar golongan untuk membantu yang lain demi mendapatkan kesetaraan yang sudah semestinya
c)      Ketimpangan sosial meminimalisir mental individu yang biasanya gampang cepat puas, dengan ini mereka akan terus didorong untuk mengontribusikan yang lebih baik dari diri mereka masing-masing
d)     Mengajarkan pada masyarakat mengenai arti tentang kehidupan yang beragam, dengan begini maka mentalitas keterbukaan serta pengertian akan lebih mudah untuk diterapkan secara lebih nyata
e)      Mendorong manusia untuk lebih pandai bersyukur atas apa yang dipunyainya beserta menjadikan mereka lebih berserah yang disertai dengan harapan untuk berusaha lebih ikhlas dalam mengusahakan apa-apa yang mereka harapkan
           2.      Dampak Negatif
a)      Cenderung memicu kesombongan dan juga keputusasaan di sisi yang lainnya, hal ini bisa diminimalisir dengan berperannya golongan yang bertanggung jawab di bidangnya semisal pemerintah untuk lebih mengajarkan masyarakat tentang empati dan juga bekerja keras
b)      Cenderung memicu tingginya kriminalitas yang diakibatkan oleh kecemburuan sosial, kembali lagi hal yang musti diperhatikan adalah mengenai mentalitas individu, yang mampu harus dilatih menjauhi sifat pelit dan semena-mena sedangkan yang kurang mampu harus dilatih untuk berusaha pada jalan yang benar

F.     Upaya Mengatasi Ketimpangan Sosial
1.      Mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi Larangan-Nya
2.      Belajar dan membiasakan diri mencintai sesama manusia
3.      Menanamkan kesadaran dan rasa cinta terhadap tanah air, bangsa dan negara
4.      Melatih dan membiasakan diri hidup, bergaul, dan bersikap demokratis
5.      Melatih dan membiasakan diri bersikap adil dan berjiwa sosial
6.      Menghargai perbedaan atas segalanya
7.      Memiliki jiwa filantropi (kedermawanan)



Menyusun Best Practices

  LK 3.1 Menyusun Best Practices   Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi...