Senin, 13 April 2020

Interaksi Sosial, Pengertian, syarat, komunikasi sosial, jenis-jenis, macam bentuk, ciri-ciri, dan faktor interaksi sosial lengkap

INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial merupakan berbagai hal yang berhubungan dengan sosial, dimana hal ini sangat berkaitan dengan hubungan antar individu, hubungan antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Apabila tidak ada yang namanya interaksi sosial, maka bisa di pastikan jika dunia ini tidak akan ada namanya kehidupan bersama.
Tak hanya itu saja, proses sosial adalah salah satu interaksi timbal balik atau yang sering disebut dengan hubungan yang saling mempengaruhi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Hubungan yang seperti ini akan berlangsung hingga seumur hidup di lingkungan masyarakat.
Shaw mengatakan jika interaksi sosial merupakan sebuah pertukaran pribadi yang bisa menunjukkan perilaku satu dengan yang lainnya. Dan setiap pelaku tersebut pastinya akan mempengaruhi satu sama lain juga. Selain itu, Thibut dan juga Kelley menyatakan hal yang sama juga.
Mereka ini memberikan pendapat jika interaksi sosial merupakan sebuah kejadian yang dapat mempengaruhi satu sama lain di saat terdapat 2 orang yang hadir bersama.
Maksudnya adalah, apabila dua orang maupun lebih sudah bertemu bersama serta bisa menciptakan tindakan yang dapat mempengaruhi satu sama lain, maka hal itu akan disebut dengan interaksi sosial sebab mereka pasti melakukan yang namanya komunikasi.
Jadi di dalam sebuah interaksi, setiap tindakan dari seseorang akan sangat berguna untuk dapat mempengaruhi individu yang lainnya. Bonner mengungkapkan jika sebuah interaksi merupakan sebuah hubungan di antara dua orang maupun lebih serta adanya tindakan individu maka bisa mempengaruhi maupun mengubah individu yang lainnya.
A.   Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya Proses Interaksi sosial.
Menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial. Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.
Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu.
Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
“Interaksi sosial ialah suatu hubungan yang ada di antara dua atau bahkan lebih dari individu manusia. Yang mana perbuataan dari individu ini akan mengubah, mempengaruhi bahkan bisa memperbaiki kelakuan dari individu yang lainnya. interaksi sosial juga tidak sekedar berbicara mengenai tindakan tapi tindakanlah yang bisa mempengaruhi individu yang lainnya.”
B.   Syarat-Syarat Interaksi Sosial
1.      Kontak sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.
Kontak juga merupakan gejala sosial apabila bisa di pahami di dalam ilmu sosiologis. Seseorang akan dapat berhubungan dengan orang lain tanpa adanya sentuhan fisik, misalnya saja seperti berkomunikasi dengan melalui surat, tukar pesan seperti sms, telepon dan lain sebagainya.
Apabila kontak sosial ialah sebuah aksi kelompok maupun individu yang dapat di wujudkan ke dalam sebuah bentuk isyarat serta memiliki makna untuk pelaku dan juga penerima. Penerima nantinya akan membalas aksi dengan menggunakan reaksi. Kontak juga bisa di bedakan dengan berdasarkan tingkat dari hubungan, sifat, bentuk dan juga cara.
a)      Berdasarkan cara
Kontak itu bisa di bedakan dari masalah caranya yakni adalah kontak langsung dan juga tidak langsung. Kontak langsung itu akan terjadi jika adanya sentuhan fisik seperti halnya bahasa isyarat, berbicara dan juga tersenyum. Sedangkan untuk kontak yang tidak langsung ini di lakukan dengan adanya media tertentu seperti hp, telepon, surat, radio yang masih banyak lagi.
b)     Berdasarkan sifat
Apabila berdasarkan dengan sifatnya maka bisa di pastikan jika ada tiga macam kontak. Yang pertama adalah antar individu, kedua ialah individu dengan kelompok dan yang ketiga adalah kelompok dengan kelompok. Untuk kontak antar individu bisa di lihat pada saat ada seorang anak yang tengah belajar mengenai kebiasaan yang akan di lakukan oleh keluarganya di rumah.
Sedangkan untuk kontak antara individu dengan kelompok akan bisa di lihat pada saat tengah melatih murid sehingga murid pun dapat mengikuti sebuah gerakan yang sama dengan guru mereka. Untuk yang terakhir adalah kontak antara kelompok dengan kelompok dimana bisa di lihat pada saat pertandingan sepak bola antara siswa.
c)      Berdasarkan bentuk
Jika berdasarkan dari bentuknya maka kontak dibedakan menjadi dua macam bentuk yakni kontak positif dan negatif. Untuk kontak positif memang hanya akan terjadi pada saat kerja sama, dimana hal ini bisa di lihat pada saat seorang penjual melayani seorang pembeli dengan cara yang baik. sedangkan untuk kontak negatif hanya akan terjadi jika ada sebuah pertentangan yang dapat memutuskan sebuah interaksi seperti perang antar Negara.
d)     Berdasarkan tingkat hubungannya
Jika dari tingkat hubungan ini kontak terbaik menjadi 2 yakni kontak sekunder dan kontak primer. Untuk kontak primer bisa saja terjadi ketika orang tersebut secara langsung bertemu.
Misalnya saja adalah dengan melempar senyum, berjabatan tangan dan lain sebagainya. Kemudian untuk kontak sekunder hanya akan terjadi melalui media maupun perantara. Media tersebut nantinya dapat berupa sebuah alat maupun orang. Kontak ini bisa di lakukan dengan cara langsung ataupun tidak langsung. Contohnya saja pada saat Anda berbicara dengan menggunakan telepon.
2.      Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yangterjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.
Pada saat melakukan sebuah interaksi maka harus untuk melakukan komunikasi. Komunikasi ini merupakan pembacaan dari perasaan maupun sebuah gerak- gerik dari fisik. Lalu akan muncul dengan sebuah ungkapan perasaan serta sikap takut, menolak, senang, ragu dan masih banyak lagi. Ini merupakan sebuah reaksi dari pesan yang telah di sampaikan melalui komunikasi tersebut. Apabila ada sebuah aksi dan juga reaksi maka hal itu akan di sebut dengan komunikasi. Komunikasi itu adalah sebuah tindakan yang mana di lakukan oleh seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan  kepada seseorang dan orang tersebut nantinya akan memberikan sebuah sinyal maupun tafsiran dari sebuah pesan dengan menunjukkan bagaimana perasaan maupun perilaku. Mungkin saja Anda dapat melihat jika sebuah komunikasi akan mirip dengan kontak tapi walaupun ada kontak, Anda pun tidak bisa menjamin apabila sudah terjadi sebuah komunikasi. Hal ini di sebabkan oleh adanya kegiatan yang dapat menuntut orang untuk dapat memahami pesan yang sudah di sampaikan tersebut.
Komunikasi ini memiliki 4 unsur yang terdiri dari pesan, umpan balik, media komunikasi atau komunikator dimana merupakan pengirim dan penerima.
1)      Pengirim adalah orang yang mengirimkan sebuah pesan kepada orang lain serta biasa disebut dengan komunikator.
2)      Penerima merupakan orang yang dapat menerima pesan dari orang yang mengirim, atau sering disebut dengan komunicant.
3)      Media adalah sarana maupun alat yang dipakai untuk menyampaikan sebuah pesan tersebut. Media juga terdiri dari 4 kelompok yakni media massa, media kelompok, media publik dan juga media antara pribadi.
4)      Feed back adalah umpan balik dari reaksi yang di lakukan oleh penerima kepada pesan yang telah di terima

C.   Jenis Jenis Interaksi Sosial
Interaksi sosial memiliki berbagai macam bentuk serta bisa di kelompokkan dengan berdasarkan bentuk, subjek dan juga cara.
1)      Interaksi sosial antar individu ialah interaksi pada saat dua individu bertemu dengan cara langsung serta melakukan sebuah interaksi satu sama lain meskipun itu termasuk ke dalam bentuk yang sangat sederhana.
Misalnya yakni saling menyapa dan juga tersenyum pada saat berpapasan di jalan.
2)      Interaksi antar kelompok, dimana ini merupakan sebuah interaksi pada saat 2 kelompok yang berbeda akan saling bertemu. Komunikasi yang terjalin juga bukan lagi berkaitan dengan hal yang memiliki sifat pribadi melainkan dengan kepentingan kelompok. Contohnya saja pertemuan antara ormas dan lain sebagainya.
3)      Interaksi individu dan juga kelompok, merupakan sebuah interaksi dari seseorang berkomunikasi dengan beberapa kelompok orang. Misalnya saja pada saat orang melakukan orasi di podium.

D.   Macam-Macam Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial mempunyai 2 macam bentuk yakni dengan asosiatif dan juga disosiatif. Masing- masing akan mempunyai sub pada bagian lain yang berbeda. Berikut inilah penjelasannya:
1.      Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif
Asosiatif ini merupakan sebuah hasil dari sebuah hubungan yang positif serta bisa menghasilkan sebuah persatuan. Dan berikut ini merupakan beberapa macam interaksi sosial asosiatif:
A)    Kooperasi,
Kooperasi (kerja sama) merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh banyak orang untuk tujuan bersama. Serta kerja sama tersebut, orang- orang pun akan saling membantu, bersinergi dan juga saling mendukung. Hasil dari kerja sama ini pastinya juga menghasilkan sebuah kerukunan untuk saling gotong royong seperti yang dilakukan warga desa.
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja srta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian- keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, agar rencana kerja samanya dapat terleksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group-nya). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu:
1)      Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2)      Bargaining atau tawar-menawar, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
3)      Kooptasi (Cooptation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi organisasi yang bersangkutan.
4)      Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi/partai politik atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
5)      Joint-ventrue atau patungan, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dll.
B)    Akomodasi
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma- norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
1)     Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu: Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.
2)     Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.
3)     Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok- kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor- faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem kasta.
4)     Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.
Akomodasi terdapat dalam beberapa bentuk yaitu;
a)      Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun psikologis (tidak langsung).
b)      Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak- pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya.
c)      Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
d)     Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
e)      Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
f)       Toleration, juga sering disebut sebagai tolerant-participation. Ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, ini disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
g)      Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan oleh karena kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
h)      Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

C)    Asimilasi,
Asimilasi ialah pelaburan dari dua kebudayaan yang berbeda yang akan menjadi satu kebudayaan baru untuk bisa mendapatkan tujuan bersama. Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional, dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan.
Proses asimilasi timbul bila ada:
1)      Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2)      Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
3)      Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:
1)      Toleransi
2)      Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3)      Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4)      Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5)      Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6)      Perkawinan campur (amalgamation)
7)      Adanya musuh bersama di luar.
Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah:
1)      Terisolasi kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
2)      Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
3)      Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
4)      Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5)      Perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah.
6)      In-group feeling yang kuat.
7)      Golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
8)      Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi
D)    Akulturasi,
Akulturasi memang cukup mirip dengan asimilasi akan tetapi kebudayaan asli dari sebuah kelompok akan masih tetap ada. Dua kebudayaan akan berpadu serta bisa menghasilkan budaya yang baru tanpa  harus membuat budaya yang asli menghilang.

2.      Interaksi Sosial Bentuk Disosiatif
Disosiatif merupakan sebuah hasil dari dari hubungan negatif yang bisa menimbulkan adanya perpecahan. Dan berikut ini jenis dari interkasi sosial disosiatif:
a)      Kompetisi (Persaingan)
Kompetisi merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk meraih sebuah prestasi serta bisa menentukan apa yang terbaik. Kompetisi merupakan  suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Ada beberapa bentuk persaingan, di antaranya :
1)      Persaingan ekonomi.
Timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2)      Persaingan kebudayaan.
Menyangkut persaingan kebudayaan, keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan sebagainya.
3)      Persaingan kedudukan dan peranan.
Di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang.
4)      Persaingan ras.
Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan- perbedaan dalam kebudayaan.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat memiliki beberapa fungsi, antara lain :
1)      Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
2)      Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3)      Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial
4)      Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang akhirnya akan menghaslkan pembagian kerja yang efektif.
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai factor, antara lain :
1)      Kepribadian seseorang
2)      Kemajuan masyarakat
3)      Solidaritas kelompok
4)      disorganisasi

b)     Kontravensi,
Jenis ini ada di tengah- tengah antara pertentangan dan juga kompetisi. Hal yang seperti ini akan menjadikan indvidu merasa bimbang sebab sebuah ketidak pastian dari individu lainnya maupun menyembunyikan sebuah perasaan sebab adanya individu lainnya. Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard Becker, ada 5, yaitu :
1)      Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
2)      Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan sebagainya.
3)      Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas- desus, mengecewakan pihak lain, dsb.
4)      Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat, dll.
5)      Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol dalam pemilihan umum.
c)      Pertentangan atau pertikaian (conflict) Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Peyebab terjadinya pertentangan, yaitu :
1)      Perbedaan individu-individu
2)      Perbedaan kebudayaan
3)      Perbedaan kepentingan
4)      Perbedaan sosial Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan social di dalam srtuktur social tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif. Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan benih-benih permusuhan, alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve institutions yang menyediaka objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain.
Bentuk-bentuk pertentangan antara lain :
1)      Pertentengan pribadi
2)      Pertentangan rasial
3)      Pertentangan antara kelas-kelas social, umumnya disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
4)      Pertentangan politik
5)      Pertentangan yang bersifat internasional.
Akibat dari bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :
1)      Bertambahnya solidaritas “in-group” atau malah sebaliknya yaitu terjadi goyah dan retaknya persatuan kelompok
2)      Perubahan kepribadian
3)      Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu

E.   Ciri Ciri Interaksi Sosial
Terdapat beberapa ciri-ciri interaksi sosial sebagai berikut:
1)      Adanya pelaku yang lebih dari 1 orang.
2)      Adanya sebuah komunikasi antara pelaku dengan memakai symbol.
3)      Adanya dimensi waktu untuk bisa menentukan sifat aksi yang tengah berlangsung.
4)      Mempunyai tujuan tertentu.
Tidak seluruh tindakan akan bisa dikategorikan dengan interaksi. Di dalam sebuah interaksi wajib adanya sebuah orientasi dari timbal- balik dari beberapa pihak yang bersangkutan. Entah itu adanya timbal baik dengan bentuk cinta maupun benci, menolong ataupun melukai, sebuah pengkhianatan atau kesetiaan.

F.    Faktor-faktor Interaksi Sosial
Kelangsungan interaksi sosial, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan beberapa faktor yang mendasarinys, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu (vide Bonner, Social Psychology, no. 3):
1)      Faktor Imitasi
Imitasi adalah suatu proses meniru seseorang atau mengikuti seseorang sesuatu di luar dirinya dan hanya sebahagian saja. Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya berdasarkan faktor imitasi. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah, peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Misalnya bagaimana seorang anak belajar berbicara. Mula-mula ia mengimitasi dirinya sendiri kemudian ia mengimitasi kata-kata orang lain. Ia mengartikan kata-kata juga karena mendengarnya dan mengimitasi penggunaannya dari orang lain. Lebih jauh, tidak hanya berbicara yang merupakan alat komunikasi yang terpenting, tetapi juga cara-cara lainnya untuk menyatakan dirinya dipelajarinya melalui proses imitasi. Misalnya, tingkah laku tertentu, cara memberikan hormat, cara menyatakan terima kasih, cara-cara memberikan isyarat tanpa bicara, dan lain-lain. Selain itu, pada lapangan pendidikan dan perkembangan kepribadian individu, imitasi mempunyai peranannya, sebab mengikuti suatu contoh yang baik itu dapat merangsang perkembangan watak seseorang. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan- perbuatan yang baik. Peranan imitasi dalam interaksi sosialjuga mempunyai segi-segi yang neatif. Yaitu, apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah atau secara moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang meliputi jumlah serba besar. Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan di mana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, seperti yang berlangsung juga pada faktor sugesti. Dengan kata lain, adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupannya. Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti yang diuraikan oleh Gabriel tarde, melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak.
2)      Faktor Sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya; sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu:
a)      Sugesti karena hambatan berpikir Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya mengambil alih pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya pertimbangn-pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena sugesti itu menelan apa saja yang dianjurkan orang lain. Hal ini tentu lebih mudah terjadi apabila ia – ketika terkena sugesti – berada dalam keadaan ketika cara-cara berpikir kritis itu sudah agak terkendala. Hal ini juga dapat terjadi – misalnya – apabila orang itu sudah lelah berpikir, tetapi juga apabila proses berpikir secara itu dikurangi dayanya karena sedang mangalami rangsangan-rangsangan emosional. Misalnya: Rapat-rapat Partai Nazi atau rapat-rapat raksasa seringkali diadakan pada malam hari ketika orang sudah cape dari pekerjaannya. Selanjutnya mereka pun senantiasa memasukkan dalam acara rapat-rapat itu hal-hal yang menarik perhatian, merangsang emosi dan kekaguman sehingga mudah terjadi sugesti kepada orang banyak itu.
b)      Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi) Selain dari keadaan ketika pikiran kita dihambat karean kelelahan atau karena rangsangan emosional, sugesti itu pun mudah terjadi pada diri seseorang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya, yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah-belah. Hal ini dapat terjadi – misalnya – apabila orang yangbersangkutan menjadi bingung karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi daya penampungannya. Apabila orang menjadi bingung, maka ia lebih mudah terkena sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu. Keadaan semacam ini dapat pula menerangkan mengapa dalam zaman modern ini orang-orang yang biasanya berobat kepada dokter juga mendatangi dukun untuk memperoleh sugestinya yang dapat membantu orang yang bersangkutan mengatasi kesulitan-kesulitan jiwanya.
c)      Sugesti karena otoritas atau prestise Dalam hal ini, orang cenderung menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh para ahli dalam bidangnya sehingga dianggap otoritas pada bidang tersebut atau memiliki prestise sosial yang tinggi.
d)     Sugesti karena mayoritas Dalam hal ini, orang lebih cenderung akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila ucapan itu didukung oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompknya atau masyarakatnya.
e)      Sugesti karena ”will to believe” Terdapat pendapat bahwa sugesti justru membuat sadar akan adanya sikap-sikap dan pandangn-pandangan tertentu pada orang-orang. Dengan demikian yang terjadi dalam sugesti itu adalah diterimanya suatu sikap-pandangan tertentu karena sikap-pandangan itu sebenarnya sudah tersapat padanya tetapi dalam kedaan terpendam. Dalam hal ini, isi sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena pada diri pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang sebenarnya sudah terdapat padanya.
3)      Fakor Identifikasi
Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Istilah identifikasi timbul dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Dalam garis besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi dan ia pun mempelajarinya yaitu dengan dua cara utama. Pertama ia mempelajarinya karena didikan orangtuanya yang menghargai tingkah laku wajar yang memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum tingkah laku yang melanggar norma-normanya. Lambat laun anak itu memperoleh pengetahuan mengenai apa yang disebut perbuatan yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak baik melalui didikan dari orangtuanya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak dan tidak hanya merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara lahiriah saja, tetapi justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak sadar mengambil alih sikap-sikap orangtua yang diidentifikasinya yang dapat ia pahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah lakunya sejauh kemampuan yang ada pada anak itu. Sebenarnya, manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-norma, sikap- sikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam- macam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan. Demikianlah, manusia itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya itu, terutama dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi kehidupannya serba ragam. Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada ikatan antara orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya. Di samping itu, imitasi dapat berlangsung antara orang-orang yang tidak saling kenal, sedangkan orang tempat kita mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu dengan cukup teliti (dengan perasaan) sebelum kita mengidentifikasi diri dengan dia, yang bukan merupakan proses rasional dan sadar, melainkan irasional dan berlangsung di bawah taraf kesadaran kita.
4)      Faktor Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Akan tetapi, berbeda dengan identifikasi, timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih. Patut ditambahkan bahwa simpati dapat pula berkembang perlahan-lahan di samping simpati yang timbul dengan tiba-tiba.
Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbal-balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama di mana seseorang ingin lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain itu dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud kerja sama, identifikasi bermaksud belajar.
5)      Empati
Mungkin Anda tidak asing dengan istilah ini, empati merupakan kondisi dimana Anda merasakan perasaan orang lain untuk diri sendiri. Perasaan empati biasanya muncul ketika seseorang memiliki pandangan bahwa setiap orang harus memiliki kesamaan derajat kehidupan.
Contoh empati yang mendukung terjadinya interaksi sosial adalah ketika Anda merasa seolah-olah Anda mengalami bencana saat melihat tanyangan televisi dan Anda ingin membantu mereka karena Anda merasa akan membutuhkan hal yang sama ketika Anda di posisi mereka.
6)      Motivasi
Apa yang memotivasi Anda hari ini kuliah atau kerja? motivasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. Dengan adanya motivasi orang akan melakukan dan berjuang bersama dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuannya. Motivasi adalah bentuk dorongan yang diberikan untuk seseorang agar dia ingat kembali mengenai visi-misi yang akan dicapai.
Kesimpulannya, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial diatas merupakan dasar mengapa manusia saling berbicara, saling berhubungan dan saling mengidolakan. Itulah proses sosial yang membentuk sebuah kehidupan masyarakat yang saling mempengaruhi satu sama lain.


Menyusun Best Practices

  LK 3.1 Menyusun Best Practices   Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi...